Informatika Mesir
Home Opini & Suara Mahasiswa Skeptis dan Kontra Mayoritas: #kaburajadulu, Nasionalis Kecewa hingga Nasionalisme Rontok

Skeptis dan Kontra Mayoritas: #kaburajadulu, Nasionalis Kecewa hingga Nasionalisme Rontok

Dewasa ini tagar (tanda pagar) #kaburajadulu viral di media sosial sebagai jawaban atau reaksi netizen terhadap Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), Bahlil Lahadalia, yang mempertanyakan nasionalisme beberapa WNI (Warga Negara Indonesia) yang ingin pindah dan mengganti kewarganegaraannya. “Kalau teman-teman berpikir untuk pindah ke luar negeri, saya malah meragukan nasionalisme kalian,” ujar Bahlil.

Banyak pengguna medsos terutama para ekspat mengunggah konten video kehidupan di luar negeri dengan menyertakan tagar #kaburajadulu dan diawali dengan klip pernyataan Bahlil tersebut. Sebagian netizen berkomentar bahwa nasionalisme hanyalah kesia-siaan dan diperalat oleh pemerintah untuk mengeksploitasi masyarakat. Bahkan sebagian yang lain mempersetankan nasionalisme.

Nasionalisme sendiri dalam KBBI adalah paham untuk mencintai bangsa dan negara serta rasa semangat kebangsaan. Kalau seseorang menyatakan diri enggak peduli dengan nasionalisme, maka seakan-akan ia enggak mencintai bangsanya sendiri atau bahkan membencinya. Apalagi kalau sampai mempersetankan nasionalisme.

Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dalam sebuah unggahan di akun Instagram pribadinya menyatakan, “Cinta Indonesia itu bukan sekadar bangga saat negara sedang baik-baik saja. Justru cinta itu diuji ketika negara sedang menghadapi banyak tantangan. Amat wajar jika kita merasa lelah dan berhenti sejenak, bukan berarti menyerah. Justru dengan memberi nafas diri sendiri, kita bisa kembali dengan energi yang lebih baik. Apalagi mencintai Indonesia memang membutuhkan kesabaran dan ketabahan.”

Indonesia memang sedang enggak baik-baik aja dan bahkan selalu demikian sejak dulu. Mulai dari kebijakan pemerintahnya, penegakan hukumnya, moral anak bangsa, sistem pendidikan, dan banyak lagi yang rusak. Guru besar Fakultas Hukum UII (Universitas Islam Indonesia) Yogyakarta, Prof. Mahfud MD menyatakan bahwa kalau pemerintah enggak segera memperbaiki masalah-masalah tersebut, nasionalisme dan respek akan hilang dari masyarakat.

Mahfud dalam sebuah siniar di akun Youtube pribadinya menyatakan, “Nasionalisme dan rasa hormat kepada pemerintah bisa luntur secara perlahan-lahan kalau ketidakadilan, kesewenang-wenangan, dan arogansi kekuasaan itu dibiarkan tumbuh.”

Meninggalkan tanah air memang bukan berarti enggak nasionalis karena mencintai tanah air enggak tergantung tempat tinggal. Bisa jadi ada WNI justru dapat pendidikan atau penghidupan yang layak di luar negeri. Kalau ia masih memiliki jiwa nasionalis, tentu ia akan memberikan manfaat dan kontribusi bagi tanah air atau masyarakatnya sekecil apapun itu. Tetapi kabur dengan maksud enggan berkorban demi tanah air dan masyarakat mencerminkan ketiadaan nasionalisme dalam jiwa-raganya.

Sebagaimana di akhir unggahannya, Anies menyatakan, “Nasionalisme itu bukan soal di mana kita tinggal, tetapi bagaimana kita tetap memberi manfaat bagi negeri ini sekecil apapun. Bagi yang berkesempatan ke luar negeri, oke, gunakan kesempatannya sebaik-baiknya. Tetap usahakan berkontribusi untuk Indonesia dari mana pun juga! Bagi yang ada di Indonesia, yuk, mari kita saling dukung dan saling jaga satu sama lain karena apapun tantangannya kita hadapi bersama!”

Kita tentunya rela berkorban untuk orang tua atau anak kita dengan segala kekurangan yang ada padanya. Bahkan sekalipun jika mereka enggak memberikan apresiasi atau hal lain yang menjadi hak kita dan rasa cinta itu enggak akan hilang. Demikian seharusnya fitrah kita punya rasa syukur dan cinta kita terhadap tanah air.

Sekali lagi, mencintai Indonesia dengan segala kekurangannya memang enggak mudah dan butuh kesabaran. Kalau enggan berkorban, enggak bakal ada kebahagiaan dan cinta nyata dalam hal apapun. Tagar jahanam dan persetan kata orang-orang yang bilang cinta Indonesia bertepuk sebelah tangan, malah disia-siakan pemerintah. Kalau anda memang enggak sanggup dan enggan berkontribusi bagi tanah air serta ingin AFK (away from keyboard) dengan mengganti kewarganegaraan, silakan aja! Negara dan masyarakat toh enggak bakalan rugi kehilangan warga negara yang enggan berkorban seperti anda.

Adapun buat pejabat pemerintah, jangan sampai ketidakadilan dan penderitaan yang dirasakan masyarakat dibiarkan. Beruntunglah masyarakat hanya berseru untuk kabur, bukan yang lebih parah seperti zaman Revolusi Prancis atau Musim Semi Arab (Arab Spring). Jangan lupa buat memanjatkan doa-doa terbaik kita kepada Allah untuk tanah air kita, agar Allah melindungi tanah air kita dari segala keburukan dan orang-orang zalim. Semoga Allah senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam kebajikan. Hidup Indonesia! Hidup Tanah Air!

Reporter: M. Saladin Ghaza
Editor: Rizqi Ramadhan

Mari bergabung untuk mendapatkan info menarik lainnya!

Klik di sini
Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad