Festival Sham El-Nessim; Perayaan Musim Semi yang Tak Lekang Waktu

Informatikamesir.com, Kairo – Mesir selalu punya ciri khas yang ikonik dalam merayakan setiap musim dan hari raya besar,  salah satunya adalah Festival Sham El-Nessim, festival yang merayakan datangnya musim semi di Mesir.

Di antara beberapa titik keramaian perayaan Sham El-Nessim di Mesir tahun ini, Hadiqah Hurriyyah yang terletak di Zamalek menjadi salah satu lokasi yang menggelar festival sejak Kamis, (17/04) hingga Senin, (21/04) dan diresmikan langsung oleh Gubernur Kairo, Dr. Ibrahim Shabir.

Perayaan yang secara etimologi berarti “menghirup angin sepoi-sepoi” tersebut ternyata sudah menjadi tradisi dari zaman Mesir kuno, tepatnya dari tahun 2700 SM. Festival ini mulanya disebut “Shemu” untuk menandai datangnya musim semi dan awal musim panen, yang dianggap sebagai waktu kehidupan dan kelahiran kembali oleh orang Mesir kuno.

Baca Juga:

Pembukaan Resmi Quran Fest: Menuju Masisirwati Berwawasan Qurani

Lambat laun, nama Shemu mengalami penyesuaian bunyi dan makna (phono-semantic match) hingga menjadi Sham El-Nessim oleh faktor Islamisasi di Mesir. Kendati demikian, hal itu tidak menghapus kelestariannya sebagai dari identitas budaya Mesir hingga kini.

Uniknya, meskipun bertepatan dengan perayaan keagamaan umat Kristen (Easter Monday), namun festival ini dirayakan oleh seluruh kalangan masyarakat Mesir tanpa memandang agama, latar belakang, dan sosial, menjadikannya simbol toleransi dan kerukunan antar sesama warga Mesir.

Warga lokal yang memadati taman tidak hanya menggelar tikar untuk berpiknik, tetapi juga ada pasar musiman yang menjual berbagai kerajinan tangan, pernak-pernik, hingga warna-warni isi toples acar-acaran (mukhallalat), serta kegiatan lukis wajah yang diminati anak-anak.

Reporter: Afifah Azmi S.

Editor: Atsilla Yusya