#IndonesiaGelap, #TolakRUUTNI, dan Hipokrisi terhadap Pancasila
Dewasa ini, tagar (tanda pagar) #TolakRUUTNI tengah viral diserukan di media sosial, khususnya dari kalangan mahasiswa dan kritikus politik di tanah air. Ini menjadi rentetan kritik sosial dan demonstrasi paling baru setelah sebelumnya para mahasiswa menggelar demonstrasi dengan tajuk, “#IndonesiaGelap”. Aksi tersebut jelas merupakan sebuah ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah.
Tulisan ini tidak akan menguraikan tuntutan untuk membela para demonstran tersebut ataupun membela pemerintah, melainkan hal-hal dari sudut pandang lain yang terluput dan sebenarnya bisa menjadi bahan introspeksi diri bagi kita semua.
Sebagai warga negara yang baik, tentu kita harus menjunjung tinggi Pancasila. Pancasila sendiri bukanlah sebuah ideologi melainkan gabungan dari beberapa ideologi dan pemikiran yang dijadikan dasar hukum NRI (Negara Republik Indonesia). Di sila pertama tertulis, ketuhanan yang maha esa. Artinya, Pancasila menyatakan bahwa Indonesia bukan negara sekuler dan sekaligus memberikan kebebasan beragama bagi para warganya.
Namun kalau melihat apa yang terjadi pada tanah air kita menunjukkan seakan kebanyakan rakyat Indonesia tidak benar-benar meyakini adanya Tuhan yang suatu saat akan membalas perbuatan para manusia baik dan buruknya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kasus korupsi, suap, asusila, amoral, penyelewengan amanah, dan hal buruk lainnya yang sangat bertentangan dengan paham ajaran agama manapun. Masyarakat Indonesia seakan menunjukkan progresnya ke arah sekuler, sebagaimana Amerika Serikat, tertulis in God we trust (red: kita percaya Tuhan), tetapi yang terjadi sebaliknya baik masyarakat maupun pemerintahannya dalam pengambilan kebijakan publik.
Agama Islam sangat mengajarkan umatnya untuk bersabar dan bersyukur dalam menghadapi segala hal. Nabi Muhammad saw. pernah bersabda yang berkaitan dengan mengagumkannya sifat seorang mukmin sejati dalam sebuah hadis riwayat Muslim:
عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير، وليس ذلك لأحد إلا للمؤمن: إن أصابته سراء شكر فكان خيرا له، وإن أصابته ضراء صبر فكان خيرا له.
“Mengagumkan keadaan orang mukmin itu. Seluruh urusannya itu baik baginya. Ini tidaklah didapati selain pada seorang mukmin. Jika dia mendapat kesenangan, maka bersyukurlah dia yang hal ini adalah lebih baik baginya; dan jika tertimpa kesengsaraan, maka bersabarlah dia yang hal ini adalah lebih baik baginya.”
Allah Taala juga berfirman dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 153:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اسۡتَعِيۡنُوۡا بِالصَّبۡرِ وَالصَّلٰوةِ ؕ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيۡنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Tidak perlu heran kalau masyarakat merasa nasib baik seakan tidak pernah mereka rasakan. Bisa jadi hal tersebut adalah buah dari ketidaksabaran masyarakat dalam menghadapi ujian dari Allah. Bisa jadi juga Allah sengaja menimpakan ujiannya kepada kita karena kita masih sering lalai dalam salat, atau bahkan tidak pernah lagi meminta pertolongan Allah.
Coba kita introspeksi diri lagi, kapan terakhir kali kita memanjatkan doa untuk kebaikan negeri ini, baik masyarakat maupun pemerintahannya? Mana yang lebih sering kita lontarkan antara lantunan doa dan kenyinyiran untuk negara baik masyarakat maupun pemerintahannya?
Selain sabar, jangan lupa juga untuk bersyukur karena Allah akan meninggikan derajat hambanya atau menambahkan nikmatnya baik di dunia langsung atau di akhirat nanti. Adapun kalau kita kufur nikmat, Allah hanya mengingatkan bahwa azab-Nya pedih. Allah Taala berfirman dalam surah Ibrahim (14) ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti akan kutambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.’”
Ujian yang Allah timpakan kepada kita melalui kondisi tanah air yang tidak baik-baik saja seharusnya bisa menjadi bahan introspeksi kebersyukuran kita. Allah tidak hanya menurunkan ujian dan cobaan bagi negeri kita, melainkan juga karunia dan rahmatnya. Begitu banyak sumber daya alam yang ada pada tanah air kita. Sudah sepatutnya kita bersyukur.
Mengkritik dan berdialektika memang perlu, tetapi harus diingat bahwa Pancasila diawali dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, maka jangan lupakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita. Mari kita panjatkan kembali doa-doa terbaik kita. Semoga Allah limpahkan kebaikan untuk negara kita dan dijauhi dari segala keburukan dan penderitaan. Amin.
Oleh: M. Saladin Ghaza
Mari bergabung untuk mendapatkan info menarik lainnya!
Klik di sini




