Informatikamesir.net, Kairo—Muhammad Arifin, Direktur Pusat Studi Islam dan Bahasa Arab (PUSIBA) menegaskan, PUSIBA tidak akan membatasi jumlah peserta didik yang mengikuti program persiapan masuk Universitas Al-Azhar Kairo. Hal ini yang membuat jumlah Calon Mahasiswa Baru (Camaba) yang akan berangkat tahun ini, baik melalui PUSIBA maupun mediator lain, mencapai angka 1.500-an.
“Orang mau belajar dan menuntut ilmu, dengan biaya sendiri pula, mengapa harus dibatasi? Kalaupun ada ‘pembatasan’, biar terjadi secara alami saja,” ungkap Arifin kepada Informatika, Sabtu, (5/9), via WhatsApp.
Ia menjelaskan maksud pembatasan yang terjadi secara alami itu misalnya dalam proses pembelajaran di tiap tingkat yang ada di PUSIBA, ada beberapa yang tidak naik, memutuskan tetap mengulang, bahkan tidak ingin lanjut atau keluar dari PUSIBA.
Arifin juga berpendapat, membludaknya jumlah peminat PUSIBA itu bisa jadi karena tidak diadakannya seleksi ke Timur Tengah oleh Kementerian Agama (Kemenag) tahun ini disebabkan pandemi COVID-19. Ia juga menilai jumlah tersebut tidak jauh berbeda dengan jumlah Camaba Al-Azhar tahun-tahun sebelumnya, yang menurutnya pernah mencapai 1.300-an orang.
Menurut direktur PUSIBA, penerimaan Camaba Al-Azhar yang sudah sebanyak itu, dan saat ini telah memasuki generasi ketiga, merupakan arahan dari pihak Markaz Syekh Zayed, Pusat Bahasa Al-Azhar di Kairo, dan sudah berkoordinasi dengan pihak Universitas Al-Azhar Kairo itu sendiri.
“PUSIBA ini kan cabang dari Markaz Syekh Zayed di Kairo, yang kebijakannya tentu saja tidak lepas dengan pihak-pihak terkait (di) Kairo,” ujar Arifin.
Untuk dapat mengikuti program persiapan masuk ke Universitas Al-Azhar Kairo di PUSIBA yang berlokasi di Indonesia, peserta didik hanya akan mengikuti ujian tahdid mustawa (ujian penentuan tingkat). Hal ini memungkinkan setiap orang untuk bisa mengikuti program persiapan itu, meskipun tidak memiliki kemampuan bahasa Arab dan pengetahuan agama yang memadai.
Menjawab problematik tersebut, Arifin mengungkapkan, Camaba yang memiliki kemampuan bahasa Arab yang sangat rendah akan mereka tempatkan di level atau tingkat paling bawah, dan memulai pelajaran dari materi-materi dasar, seperti mengenal bentuk, bunyi, penulisan huruf, dan kosakata-kosakata sederhana.
“Selain itu, mungkin perlu kita ingat juga bahwa PUSIBA ini adalah tempat menyiapkan calon mahasiswa untuk bisa berkuliah dengan baik. Sebaik-baiknya lulusan PUSIBA, mereka tetap calon mahasiswa yang baru akan kuliah di berbagai fakultas keagamaan Al-Azhar,” ucap Direktur PUSIBA itu.
“Karenanya, kita tidak perlu berharap lulusan PUSIBA sudah menguasai manthiq seperti mahasiswa Ushuluddin tingkat 2 atau 3, atau menguasai perbandingan mazhab Fiqih seperti mahasiswa tingkat 2 atau 3 fakultas Syariah,” tambahnya.
Untuk saat ini, karena pembelajaran yang PUSIBA adakan untuk angkatan kedua dan ketiga masih bersifat daring, maka biaya yang dibebankan kepada mereka adalah USD 100 per tingkat, atau setara dengan 1,6 juta rupiah. Hal ini sangat berbanding jauh dengan angkatan pertama PUSIBA yang dikenakan biaya lebih dari 4 juta rupiah untuk setiap tingkatnya.
Reporter : Ari Pratama Syuhada
Editor: Defri Cahyo Husain
Comment