Teater Monolog Prodo Imitatio Bawakan Kritik Satir dalam Dunia Akademik

Informatikamesir.com, Kairo – Tutur Sastra Management mempersembahkan pertunjukan malam puncak teater monolog Prodo Imitatio karya Prof. Arthur S. Nalan pada Sabtu (13/09) di Al-Hasaniyah Kairo, Hay Sabi’.
Pementasan yang menghadirkan kritik satir terhadap fenomena haus gelar di dunia akademik ini terinspirasi dari naskah Prodo Imitatio yang ditulis pada tahun 2004. Prodo Imitatio merupakan singkatan dari Profesor Doktor Imitasi dengan kata dari bahasa Latin, imitatio, yang berarti imitasi.
Sutradara sekaligus aktor pementasan, Adiaramu Lingga Sastra, menjelaskan bahwa naskah satir yang ia pentaskan ini berisi tentang maraknya praktik plagiasi dan berbagai cara instan demi meraih gelar akademik.
“Prof. Arthur melihat keadaan waktu itu, banyak orang yang begitu haus gelar sampai melakukan macam-macam cara. Dari situlah lahir naskah ini sebagai kritik, sebagai satir,” ujar Adiaramu.
Dalam pementasan ini, penyutradaraan dan keaktoran dilakukan oleh orang yang sama. Proses kreatif dijalankan dengan metode cermin, yaitu merekam pertunjukan untuk kemudian diperbaiki pada aspek penyutradaraan maupun akting.
“Biasanya sutradara dan aktor berbeda. Dalam pertunjukan ini saya jalani dua peran sekaligus,” kata Adiaramu.
Sebagai teater monolog, yakni satu aktor memerankan berbagai tokoh dengan perubahan karakter dan emosi yang cepat— mulai dari tertawa, menangis, gila, hingga menjadi sosok ibu, anak, atau dosen—menjadi hal yang tidak mudah untuk dilakukan.
“Pemain harus menyesuaikan peran ganda, karakter ganda, juga ekspresi dan emosi ganda,” jelas pelakon sekaligus penulis novel Purnama Berkawah di Bumi Kinanah tersebut.
Dari sisi artistik, pertunjukan ini diperkaya dengan elemen dekorasi, musik, dan pencahayaan. Art director, Dzulham Ulul Azam, menuturkan bahwa ketiga unsur tersebut tidak bisa dipisahkan dari teater.
“Ketiga unsur ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain apalagi dalam teater itu sendiri,” ujar Dzulham.
Penjelasan kemudian dilanjutkan oleh penata musik, Haidir Rasyid yang menyebut musik dalam pementasan ini tidak hanya berfungsi sebagai pengiring, tetapi juga sebagai pembangun suasana.
“Musik bertujuan agar penonton masuk ke dalam karakter aktor dan suasana pertunjukan. Jadi setiap musik punya tugas sendiri, disesuaikan dengan emosi dan karakter si aktor,” ujar Haidir.
Reporter : Afifah Al Tafunnisa
Editor: Afifah Azmi
Mari bergabung untuk mendapatkan info menarik lainnya!
Klik di sini




