Informatika Mesir
Home Lansiran Netanyahu Batalkan Kehadiran KTT Gaza di Mesir, Ada Apa di Baliknya?

Netanyahu Batalkan Kehadiran KTT Gaza di Mesir, Ada Apa di Baliknya?

Para Pemimpin Negara yang terlibat di KTT Gaza di Mesir. Sumber: Istimewa.

Informatikamesir.net, Kairo – Perang Gaza antara Hamas dan Israel yang pecah sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan sekitar 67.000 warga Palestina dan 1.200 warga Israel. Setelah dua tahun konflik, pada 8 Oktober 2025 kedua pihak akhirnya menyetujui tahap pertama rencana perdamaian Gaza yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Gencatan senjata resmi dimulai pada 10 Oktober 2025.

Sebagai tindak lanjut, KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Perdamaian Gaza 2025 atau Gaza Peace Summit digelar di Sharm Al-Sheikh, Mesir, pada 13 Oktober 2025. Pertemuan diplomatik ini dihadiri perwakilan dari lebih dari 20 negara dan dipimpin bersama oleh Presiden Mesir, Abdel Fattah Al-Sisi dan Presiden AS, Donald Trump.

Ketegangan Netanyahu dan Sisi

Salah satu undangan ditujukan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menerima ajakan tersebut melalui panggilan telepon dengan Sisi yang difasilitasi Trump, menurut laporan Channel 12. Padahal, Presiden Sisi sebelumnya menghindari berbicara langsung dengan Netanyahu selama konflik Gaza, di tengah hubungan yang tegang antara Kairo dan Yerusalem.

Awalnya, Sisi dikabarkan tidak mengundang Netanyahu ke KTT tersebut. Namun, Trump mengatakan kepada wartawan dalam perjalanan ke Israel pada Minggu malam bahwa “Mesir bertanggung jawab atas undangan itu.”

Pembatalan Mendadak

Secara tiba-tiba, Netanyahu membatalkan kehadirannya. Dalam pernyataan resmi, kantor perdana menteri menyebutkan bahwa Netanyahu berterima kasih kepada Trump atas undangan tersebut, tanpa menyebut nama Sisi. Ia beralasan tidak dapat hadir karena bertepatan dengan hari raya Yahudi “Simchat Torah”, yang berlangsung dari Senin malam hingga Selasa malam.

Namun, sejumlah pihak meragukan bahwa alasan pembatalan itu semata karena perayaan keagamaan. Para pemimpin Israel memang jarang melakukan perjalanan resmi pada hari Sabat dan hari libur Yahudi, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Stasiun penyiaran publik Kan melaporkan bahwa Netanyahu membatalkan perjalanan karena khawatir menimbulkan perpecahan di dalam koalisinya. Meski demikian, partai ultra-Ortodoks Yudaisme Bersatu membantah pernah mengajukan keberatan terkait itu.

Sementara itu, Channel 12 melaporkan bahwa pembatalan lebih disebabkan kekhawatiran Netanyahu akan reaksi negatif dari basis politik sayap kanan jika ia hadir dalam forum yang juga diikuti oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan pemimpin negara-negara Muslim, termasuk Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Tekanan dari Erdogan

Erdogan dikenal sebagai salah satu pengkritik paling keras Israel selama perang Gaza, bahkan beberapa kali membandingkan Netanyahu dengan Adolf Hitler. Seorang pejabat pemerintah Turki, dikutip oleh Associated Press, menyebut bahwa Erdogan meluncurkan inisiatif diplomatik yang didukung sejumlah negara dan memengaruhi keputusan Netanyahu untuk menolak hadir.

Pejabat Turki menolak untuk mengkonfirmasi laporan media yang mengklaim pesawat Erdogan berputar di atas Laut Merah ketika presiden mengancam akan memboikot pertemuan itu, dan bahwa itu hanya mendarat setelah jelas Netanyahu tidak akan hadir.

Tetapi seorang sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada The Times of Israel bahwa, sementara Erdogan mengancam akan memboikot KTT tersebut, peringatannya datang setelah Netanyahu telah mengumumkan bahwa dia tidak akan hadir, meskipun ada undangan Mesir.

Rencana Netanyahu dan Prabowo

Hubungan diplomatik Netanyahu juga menarik perhatian publik Indonesia. Awal pekan ini, ia meminta Pengadilan Distrik Yerusalem menunda sidang kasus korupsinya karena adanya “kunjungan diplomatik penting” dari pejabat asing, yang diduga merujuk pada kemungkinan kunjungan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto.

Netanyahu mendukung solusi dua negara, sejalan dengan pernyataan Prabowo dalam pidatonya di Sidang Umum PBB bulan September lalu. Saat itu, Prabowo mengatakan bahwa begitu Israel mengakui Palestina, “Indonesia akan segera mengakui Negara Israel.”

Prabowo semula dijadwalkan menghadiri KTT di Mesir dan kemudian melakukan kunjungan diplomatik ke Israel. Namun, Menteri Luar Negeri Indonesia, Sugiono, membantah rencana itu dan menyatakan bahwa Prabowo akan langsung kembali ke tanah air setelah menghadiri KTT Sharm Al-Sheikh.

Sumber diplomatik menyebut Prabowo sempat memberikan “lampu hijau awal” untuk kunjungan tersebut, namun membatalkannya setelah menilai akan menimbulkan penolakan kuat di dalam negeri.

Agenda Lebih Luas

Meski KTT Gaza dipandang dunia sebagai upaya menciptakan perdamaian, seorang pejabat pemerintahan Trump mengatakan kepada The Times of Israel bahwa “konferensi ini dapat memicu gerakan yang lebih luas menuju normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab.” Pernyataan itu menunjukkan bahwa Israel dan pemerintahan Trump memiliki agenda politik yang melampaui sekadar penghentian perang Gaza.

Reporter: Iffah Mufidah

Editor: Muhammad Naufal Luthfi

Mari bergabung untuk mendapatkan info menarik lainnya!

Klik di sini
Comment
Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ad