8 Pesan Husein Gaza untuk Seluruh Jurnalis Masisir
Informatikamesir.com, Kairo – Senin, (17/02), Informatika Mesir menginisiasi pertemuan eksklusif perwakilan media massa dan jurnalis Masisir dengan aktivis kemanusiaan Indonesia untuk Palestina, Muhammad Husein atau dikenal sebagai Husein Gaza, di Nasr City, Kairo.
Dalam pertemuan tersebut, Husein Gaza menyampaikan beragam keluhan dan keresahannya terkait kondisi umat islam saat ini. Husein memaparkan visinya untuk mengatasi permasalahan umat tersebut. Setidaknya ada delapan cara yang beliau usulkan bagi seluruh elemen masyarakat, khususnya bagi para jurnalis, sebagai solusi dalam mewujudkan pembebasan Al-Aqsa:
- Dukungan dan Perhatian Umat Islam terhadap Jurnalistik Sangat Kurang
Husein sangat menyayangkan umat islam yang saat ini kebanyakan masih kurang mementingkan peran jurnalis dalam dakwah maupun perjuangan pembebasan Al-Aqsa. Akibatnya, kemampuan umat islam dalam mengonter narasi propaganda pihak barat juga sangat lemah. Padahal kemampuan dan peran jurnalis baik dari media sosial maupun massa sangat krusial dalam mendukung dan mengawal dakwah islam serta perjuangan untuk Palestina dan Al-Aqsa.
- Neokolonialisme Barat di Timur Tengah
Husein menyatakan bahwa Israel sebenarnya bukanlah negara, melainkan proyek neokolonialisme Barat di wilayah Timur Tengah. Beliau sendiri meyakini bahwa Timur Tengah adalah penamaan pihak barat untuk merujuk ke wilayah Arab. Alasannya supaya Israel bisa dimasukkan ke dalam wilayah tersebut.
“Kalau wilayah tersebut disebut sebagai wilayah Arab, Israel tidak termasuk karena bukan Arab. Kalau mau disebut wilayah muslim, Israel juga bukan muslim. Makanya dibuat istilah Timur Tengah supaya bisa masuk,” Ujar Husein.
Selain itu, Husein juga menyebut ada tiga cara Barat mewujudkan neokolonialisme di tanah Arab.
Pertama, kekuatan Arab di Asia dan Afrika harus dipecah dan dipisah, yaitu dengan membuat negara boneka di tanah Palestina yang terletak antara Asia dan Afrika. Kedua, guncangan berupa konflik dan kelabilan situasi politik maupun sosial harus diciptakan di wilayah tersebut. Terakhir, kekuatan negara sekitar harus ditundukkan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan Barat. Setidaknya demikian analisis Husein terhadap situasi geopolitik yang terjadi di Palestina dan sekitarnya.
- Pentingnya Wilayah Gaza
Wilayah Gaza bagi Israel dan sekutunya sangat penting untuk melancarkan proyek Israel Raya, sebuah proyek mendirikan negara Israel yang menguasai daerah Sinai, Syam (Suriah, Palestina, Lebanon, Yordania), dan Mesopotamia (Irak). Ditambah lagi proyek Kanal Ben Gurion yang direncanakan akan melintasi Gaza untuk menyaingi Kanal Suez Mesir, menjadi jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Eropa di Laut Mediterania dan Asia di Laut Merah. Selain itu, Gaza juga menjadi benteng pertahanan terakhir bagi Israel dari ancaman pengaruh negara Arab muslim.
Sebaliknya, bagi negara-negara Arab khususnya Mesir, wilayah Gaza sangat penting menjadi benteng terakhir dari ancaman Israel. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat Mesir menolak memindahkan warga Gaza menuju Mesir. Bahkan kalau seandainya warga Gaza semuanya mengungsi keluar, maka Gaza akan jatuh ke tangan Israel, dihuni pemukim yahudi , dan warga Gaza tidak akan lagi bisa kembali ke kampungnya.
- Konsistensi Sangat Penting
Salah satu kendala dalam perjuangan ini menurut Husein adalah inkonsistensi umat islam dalam berjuang khususnya para jurnalis. Husein mengingatkan kembali kiat untuk konsisten yang pernah beliau sampaikan sebelumnya bahwa inkonsistensi terjadi akibat ketiadaan tujuan dan tekad yang teguh. Kalaupun ada, inkonsistensi bisa terjadi bila kita tidak pandai dalam menentukan prioritas tujuan kita. Akibatnya, kita akan mudah terdistraksi saat mewujudkan tujuan dan menjadi inkonsisten. Maka diperlukan untuk terus meneguhkan niat dan tujuan kita agar tetap konsisten.
- Umat Islam Kalah Perang Narasi dengan Barat
Di sisi lain, pihak Barat menurutnya sengaja menjauhkan umat islam dari kesadaran akan pentingnya media jurnalistik. Mereka sangat leluasa dalam perang narasi dan membuat propaganda yang menyudutkan umat islam dan pembenaran atas Israel. Sebagai contoh, saat ini khilafah telah menjadi momok yang menakutkan bahkan di kalangan umat islam sendiri. Padahal istilah tersebut keluar langsung dari lisan Nabi Muhammad saw. di berbagai hadisnya, yang seharusnya kita sebagai muslim tidak mudah tergiring oleh propaganda Barat.
Husein berpesan agar kita membiasakan menggunakan istilah yang sesuai dengan islam. Sebagaimana Nabi Muhammad saw. mengganti nama Yatsrib menjadi Madinah dan nama Iliya menjadi Baitulmaqdis. Sudah seharusnya kita menolak narasi-narasi dari Barat yang mengandung propaganda untuk mendukung agendanya. Maka, kemampuan jurnalistik dan teknologinya mulai dari pengeditan videografi, desain grafis, dan lainnya sangat diperlukan dalam memerangi narasi.
- Barat Berhasil Memecah Belah Umat Islam
Tidak diragukan lagi bahwa umat islam saat ini dalam kondisi terpecah belah mulai dari para pemerintah negara islam, bahkan perpecahan pun terjadi di kalangan para ulama. Husein meyakini bahwa Barat berhasil melemahkan umat islam dengan cara ini. Kemudian beliau juga melontarkan pertanyan, “mana yang lebih dahulu diwujudkan, pembebasan Baitulmaqdis atau persatuan umat islam?”
Husein langsung menjawab pertanyaan tadi, “Seharusnya kita menjadikan visi dan misi pembebasan Baitulmaqdis untuk menyatukan kaum muslimin”. Beliau juga menyatakan bahwa kondisi kita hidup saat ini tidak berbeda dengan kondisi di zaman Sultan Salahuddin Al Ayubi di mana umat islam pun juga terpecah belah. Tetapi Sultan Salahuddin berhasil menyatukan umat islam dengan visi penaklukan kembali Baitulmaqdis.
Semua pemahaman islam yang masih dalam batas keislaman yang seharusnya tentunya akan setuju dan mau bergabung untuk pembebasan Baitulmaqdis. Hal ini berbeda dengan masalah akidah dan fikih di mana ulama muslimin memang meniscayakan berbeda pemahaman, termasuk juga pemerintah negara kaum muslimin.
- Sistem Pendidikan Harus Diperbaiki
Menurut Husein, sistem pendidikan yang ada sekarang bukannya mencetak orang cerdas dan berilmu, melainkan mencetak para buruh. Akibatnya banyak hal-hal yang seharusnya diketahui oleh anak muda yang tidak diajarkan. Selain kurikulum, guru pun harus memiliki kualitas dan kompetensi yang layak untuk mendidik sehingga yang dihasilkan di masa depan hanyalah orang cerdas, kritis, dan berilmu.
- Berani Boikot dengan Takwa
Husein juga menegaskan bahwa memboikot produk-produk yang terafiliasi sebagai donatur Israel adalah hal lain yang bisa dilakukan semua orang selain bersuara melalui media massa dan sosial. Husein juga tidak menafikan bahwa masalah baru akan muncul ketika semua orang kompak memboikot, akan terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) besar-besaran. Tetapi, Husein langsung memberikan solusi untuk mengantisipasi permasalahan yang berpotensi muncul akibat boikot massal:
Pertama, boikot tidak hanya dilakukan oleh konsumen, melainkan juga para pekerja di perusahaan yang terbukti mendukung Israel dengan cara massive resign (red: berhenti kerja massal). Untuk mencegah peningkatan pengangguran, perusahaan lain milik orang islam terutama yang mendukung Palestina harus memperluas cangkupan bisnis dan lapangan kerjanya dengan membuka rekrutmen massal, terutama untuk para mantan pekerja di perusahaan yang diboikot.
Allah akan memberikan jalan keluar dan solusi bagi orang yang bertakwa sebagaimana tertulis di Al-Quran. Terlebih lagi orang-orang yang rela meninggalkan pekerjaannya dengan niat membantu saudaranya di Palestina. Bahkan Husein juga menegaskan orang yang skeptis terhadap boikot dengan alasan “sulitnya mencari pekerjaan di negeri ini” kemungkinan tidak utuh dalam beriman dan bertakwa.
Selain pesan-pesan di atas, Husein Gaza juga menyatakan mimpinya untuk mengadakan muktamar internasional di Indonesia khusus untuk pemuda kaum muslimin sedunia. Pembahasan akan terpusat pada misi pembebasan Baitulmaqdis supaya umat islam akan bersatu. Hanya orang yang bermasalah dalam akidahnya yang enggan mendukung misi tersebut.
Pemuda menjadi target audiens muktamar ini karena mereka masih memiliki jiwa semangat yang bisa dibimbing agar tidak tersesat. Berbeda dengan orang-orang tua yang sudah punya pendirian dalam berpendapat terkait kehidupan beragama dan bermasyarakat.
“Para tetua yang saat ini memegang jabatan tidak akan selamanya hidup. Suatu saat mereka akan kalah dalam perkelahian melawan usia. Mau tidak mau, kitalah yang akan menggantikan mereka. Oleh karena itu, kita harus membuat persiapan yang matang,” pungkas Husein Gaza.
Reporter: M. Saladin Ghaza
Editor: Atsilla Yusya
Mari bergabung untuk mendapatkan info menarik lainnya!
Klik di sini




