Informatikamesir.net, Kairo — “Memang kita tidak bisa memberikan bantuan banyak, karena yang mau diberi itu lebih 8400 orang. Jadi jumlahnya itu sudah miliaran yang dikeluarkan oleh negara. Kalau dikira, mungkin lebih 3 miliar itu, kalau tidak salah, sudah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mahasiswa,” ungkap Ismail Nur, Lc., M.Ag., selaku senior Kerukunan Keluarga Sulawesi (KKS) Mesir dalam acara Webinar Focus Group Discussion (FGD) via Zoom.
Ismail juga menjelaskan, dalam acara yang KKS Mesir gelar pada Kamis, (31/12) kemarin itu, bantuan dari pusat yang telah KBRI Kairo bagikan kepada Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) dalam bentuk sembako selama 4 gelombang kemarin, jika dikonversi ke dalam rupiah, maka tidak lebih dari 1 juta dalam setahun.
Karena yang negara pikirkan bukan hanya Warga Negara Indonesia (WNI) di Mesir, tetapi juga di seluruh dunia. Ismail memberikan contoh WNI yang berada di Mekah saja sudah sebanyak ratusan ribu orang, dan di Malaysia juga mencapai jutaan orang. Belum lagi permasalahan di tanah air, yang mana angka pengangguran sudah lebih dari 7 juta selama masa pandemi ini.
Hal tersebut Ismail sampaikan ketika menjawab pertanyaan dari salah seorang peserta acara yang bertemakan “Prevention Second Wave of COVID-19 in Egypt” itu, tentang mengapa KBRI Kairo hanya memberikan bantuan sembako, bukan dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) saja.
Menurut Ismail, hal itu sudah mereka bahas dalam rapat, dan sudah mereka sampaikan ke pusat. KBRI Kairo sendiri sebenarnya tidak mau capek-capek membungkus dan membagikan sembako, lebih cepat jika langsung dalam bentuk BLT. Akan tetapi, KBRI Kairo kata Ismail, terbentur oleh regulasi negara yang mewajibkan mereka membagikannya dalam bentuk sembako.
Di sisi lain, Muhammad Amin Samad, MA., Penasihat KKS Mesir juga menambahkan, yang membungkus sejumlah 9000 paket sembako itu semuanya adalah para pegawai Konsuler, baik di hari libur maupun di hari kerja, mereka pakai untuk membungkus sembako tersebut.
“Karena kita tidak mau melibatkan mahasiswa. Karena kalau dipanggil membungkus, sori ya, nanti mengomel lagi. Itu saja bantuan sudah diantar pakai mobil, diangkut lagi naik, (tapi) masih ada, tapi bukan dari anggota (KKS Mesir) ini, dari anggota lain yang saya maksud, masih ada yang tidak mau, maunya langsung dikasih ke kamarnya gitu loh, delivery,” ujar Amin.
Selain itu, Amin juga menambahkan, kalaupun pemerintah pusat menginginkan yang namanya BLT, pasti nantinya setiap penerima bantuan diminta untuk membuka rekening, dan itu tidaklah mudah membukanya jika berada di Mesir, karena banyak yang harus diurus di bank.
Reporter: Defri Cahyo Husain
Editor: Naya Salsa
Comment